Banyak temen yang bertanya gimana puasa di Korea? Ada juga yang gak sekedar nanya tapi menyuruh menulis di blog bagaimana suasana puasa di sini. Bagi sayah sendiri sama saja puasa di sini maupun di rumah. Bedanya karena di sini kebetulan puasanya jatuhnya bersamaan dengan datangnya musim panas jadi agak sedikit lebih lama kurang lebih 16 jam, imsak sekitar jam 4 dan magrib sekitar jam 8 malam. Masih mendingan juga sih daripada yang di kutub utara sana yang siang hari dan malam harinya bergiliran 6 bulan sekali.
Bulan puasa yang katanya bulan pesta ibadah karena begitu mudahnya meraih pahala. Yang konon tidur saja bisa dikategorikan ibadah, satu hal yang kurang pas menurut sayah sebab dalam al qur'an saja (ya ayyuhal muzzamil, ya ayyuhal mudatsir, Q.S. Al Muddatstsir, 1-2) yang sedang tidur saja di suruh bangun untuk beribadah ini malah yang sudah bangun di suruh tidur, satu logika yang menurut saya nggak pas. Tapi beberapa tahun belakangan ini malah sayah tidak ikut latah untuk ikut-ikutan sekedar meraih pahala. Tapi ingin memahami hakekat dan tujuan puasa sebenarnya, kalo cuma menahan makan dan minum saja tampaknya mudah sebab anak saya pun mampu melakukanya. Selama ini yang saya rasakan puasa hanya sekedar menunda makan saja, tetapi nafsu makanya malah semakin nambah. Terbukti pengeluaran untuk belanja di bulan puasa malah meningkat tajam. Apa aja pengin dibeli, sedari siang sudah ingin ini-itu untuk berbuka. Apakah akan selalu begitu? sebab seharusnya justru harus berkurang karena makan sehari cuma dua kali. Jadi puasa di sini bisa diartikan sebagai puas-puasin rasa saja..

Puasa yang berasal dari kata Shaum yang berarti menahan (diri), satu akar dengan kata Soim yang berarti diam -kalo dalam bahasa jawa lerem, yang bearti harus bisa ngleremake nafsu-nafsu yang ada dalam diri. Jadi bukan hanya menahan makan dan minum plus berhubungan suami-istri saja -yang biasa disebut nafsu paling dasar atau hewani, tapi harus juga mengendalikan nafsu yang empat. Tapi kenapa yang banyak di tekankan hanya menahan makan dan minum? Ya karena itu yang paling kasat mata dan juga dalam kondisi lapar biasanya kita menjadi sensitif sehingga diharapkan dalam kondisi kenyangpun bisa mengendalikan nafsunya. Sehingga nantinya bisa menemukan "diri sejatinya" yaitu diri yang terbebas dari nafsu-nafsu yang menhijab diri ini untuk bertemu dengan Tuhan.
Salah satu tujuan Agama di turunkan adalah sebagai media pembelajaran bagi kita untuk bisa memahami hubungan dengan diri sendiri maupun hubungan dengan orang lain. Dan puasa adalah salah satu sarana untuk itu, yaitu untuk memahami diri sendiri dengan pengendalian nafsunya sebab musuh yang di hadapi sebenarnya adalah diri kita sendiri. Selain itu juga sebagai media untuk memahami orang lain, dengan puasa kita diingatkan bahwa disekitar kita masih ada orang yang kelaparan.
Satu hal yang kadang tanpa sadar adalah orang yang berpuasa tanpa tahu malu untuk minta dihormati walaupun dalam hati saja, ketika ada orang makan didepanya. sedangkan meraka sendiri tidak menghormati orang yang tidak puasa. Bayangkan sejak subuh hingga subuh lagi terdengar hingar-bingar dari speaker mesjid, terbangun di tengah malam sebab dikagetkan dengan suara yang keras dari speaker mesjid. Dari sini saja puasa sudah gagal sebagai media pembelajaran dalam memahami hubungan dengan orang lain. Ujian mereka mungkin lebih berat tapi walapun begitu mereka mencoba memahami keadaan yang terjadi di sekitar mereka, mencoba mengendalikan diri dan bahkan berusaha menghormati mereka yang berpuasa....
Owkeylah..... di bulan puasa ini sayah hanya rindu suasana makan bersama di rumah, sebab hanya di bulan inilah kebiasan makan bersama hampir dipastikan berlangsung setiap hari.