Semenjak jauh dari keluarga seperti sekarang ini jadi akrab lagi dengan urusan Pos. Tapi bukan urusan surat-menyurat seperti jaman muda dulu yang menjadi pilihan untuk berhubungan tanpa badan dengan pujaan hati atau temen-temen sekolah yang sudah menyebar ke berbagai kota untuk kuliah. Cukup dengan 350 Ripis waktu itu sudah bisa berkirim kabar daripada dibohongi telpon SLI yang ngabisin duwit saku sebab suka melebihi quota saku yang ditetapkan sebelum telpon, nggak sering jebol gimana sebab suara mesra di sebrang sana yang terus mengulur-ngulur durasi atas nama cinta.....wkwkkwk. Cinta sih cinta tapi ngalamat prihatin makan lauk tempe terus selama seminggu di kost-an.

Dan sekarang urusan dengan Pos cuma sebatas ngirim paket saja, nggak sering paling cuma kalo ada request dari rumah terutama anak wedok yang suka minta ini-itu. Yang paling menyebalkan dari aktifitas adalah ketika paketan sudah sampai rumah yang ada tambahan biaya lagi. Gak besar memang, cuma 7ribu ripis saja yang seringnya dibulatkan menjadi 10ribu ripis -bahkan beberapa kawan sayah ada yang sampai 15ribu ripis. Biaya 7ribiu ripis tadi untuk membayar plastik pelindung yang bergambar logo pt. Posindo. Satu cara yang kurang elegan menurut sayah dalam mencari tambahan pendapatan pt. Pos. Itu yang pertama, yang kedua biasanya isi paketan yang sudah berantakan sebab dibuka lebih dulu -mungkin untuk tujuan pemeriksaan. Dan sebaliknya berbeda sekali ketika istri mengirim paket ke sini, packing dan isi masih tertata rapih seperti sediakala. Dan yang ketiga berbedanya waktu pengiriman, lebih cepet waktunya apabila ngirim dari Endonesyah ke sini yang hanya 3 ato 4 hari nyampe, tapi sebaliknya apabila ngirim dari ini ke Endonesyah bisa makan waktu 6 sampe 8 hari padahal sama-sama menggunakan layanan EMS (Express Mail Service). Dan padahal lagi misalnya sayah kirim hari senen siang, malemnya sayah menerima sms dari pos sinih bahwa barang sudah di bandara Incheon dan siap dikirim.
Dulu waktu masih bisnis online pun sayah sering sekali komplain dengan pt. Pos masalah tidak tepatnya waktu ini. Dan sialnya konsumen seringnya memilih layanan pos dari pada expedisi lainnya karena memang harganya yang lebih murah. Sayah juga heran, padahal kurang apa sih pt. Pos ini dalam hal sarana dan prasarana, bahkan cabangnya ada di setiap kecamatan di republik ini. Untuk layanan antar pulau pun harusnya bisa bersinergi dengan BUMN lainnya khususnya di transportasi.
Tapi....ah sudah lah itulah Endonesyah.
*riweuh ternyata ngetik pake hape