Bagi kami kaum buruh migra(i)n, rasa merdeka tatakala nilai Ripis melemah atas dollar. Terdengar nggak nasionalis memang, tapi peduli amat toh kami kaum buruh migra(i)n penyumbang devisa terbesar kedua setelah migas. Dan apa balasan pemerintah untuk kami, lihat saja berita nasib perlindungan kami di negara penempatan. Pemerintah hanya pintar menempatkan tapi tidak untuk perlindungan. Mungkin suatu saat akan sayah tulis panjang lebar.
Kali ini sayah hanya ingin menikmati kemerdekaan meski terlambat, mengutip Budiarto Sambazy "kemerdekaan itu tatkala Soekarno-Hatta berbaris rapi di dompet kita, tapi kalo masih Kapiten Pattimura yang berbaris, masih perjuangan namanya".