Istilah lebaran mungkin hanya di temukan di Indonesya khususnya di Pulau Jawa tapi sekarang kata ini sepertinya sudah di nasionalisasi. Satu kata yang seringkali menghilangkan fokus dalam beribadah puasa. Puasa yang seharusnya melatih untuk mengosongkan keinginan jasmani atau yang disebut nafsu, malah cenderung terfokus untuk memenuhi hal-hal keduniawian dalam berlebaran.
Lebaran yang berasal dari kata "leubar" yang berarti telah usai, yang dimaksudkan adalah telah selesainya puasa ramadhan. Biasanya dalam lebaran ini ada ketupat atu kupat dalam bahasa jawa sebagai hidangannya. Ternyata tradisi kupat ini ada filosofinya, kupat berarti "laku sing papat" atau perilaku yang empat. Di sini lebaran bisa dimaknai dengan empat perilaku, yang pertama tentu saja lebaran puasa itu , atau selesainya puasa, yang kedua adalah leburan yang berarti meleburnya semua dosa, yang ketiga luberan yang berarti lubernya pahala, dan yang terakhir adalah laburan yang berarti memutihkan, dan tentunya artinya adalah memutihkan hati.
Kalau ditelusuri lebih dalam lagi laku yang empat itu ternyata adalah nafsu kita yang empat, amarah, luwammah, sufiyah dan mutmainah. Bila puasa kita berhasil memerangi nafsu kita maka hati kita menjadi putih bersih yang digambarkan sebagai beras dalam kupat yang dibungkus oleh janur. Janur disini diartikan sebagai "jatining nur" atau cahaya diri yang sejati. Cahaya diri yang sejati inilah yang akan membungkus diri kita apabila kita sudah mampu mengendalikan hawa nafsu kita. Dan itulah yang disebut aidil fitri atau kembali suci.
Dan itu selaras dengan makna lailatul qadr, atau malam kemuliaan. malam di sini bisa diartikan kegelapan hati manusia yang masih di kuasai hawa nafsunya, yang kemudian berubah menjadi kemuliaan sebab telah mampu membebaskan belenggu hawa nafsu. Jadi lailatul qadr adalah cerita perjalanan ruhani dari kegelapan hati manusia menjadi kemuliaan hati. Dan itu hanya bisa dicapai apabila manusia dapat menguasai hawa nafsunya dalam hal ini dilatih melalui puasa. Oleh sebab itu lah lailatul qadr seharusnya bisa ditemukan di sepertiga terakhhir bulan puasa di masa-masa kahir puasa ramadhan dimana seharusnya kita sudah bisa menguasai hawa nafsu kita. Dan kenapa harus di tanggal yang ganjil? sebab diri kita lah yang harus menggenapinya, dengan kata lain kitalah yang aktif mempraktekan dalam menguasai hawa nafsu itu serta berqiyamul lail. Sebagaimana dengan do'a-do'a yang kita panjatkan selalu dalam hitungan ganjil, karena sebenarnya diri kitalah yang menggenapinya dengan usaha untuk mewujudkan do'a tersebut.
Selamat mudik dan aidil fitri untuk yang merayakan........
mentang-mentang nggak mudik.
BalasHapushihiii...
Daripada mudik lah
Hapusmanteplah
Hapusbasan nang korea dadi nyantri
padahal lagi nang jogja mbejujage pol..
Tulih rika lah
Hapuskudune rika-rika pada ketemu
Hapusjeleh...
Hapusnek bar ketemu pacul mesti pindah umah
Wkwkwkwk....ngesuk tiliki maning lah
Hapuspindah cigebret lah men kawus...
Hapuslha umah gedhe kaya kae sing arep manggoni sapa?
Hapuslebar-an mana, jidat saya sama jidatnya situ? tapi kayaknya pemenang lebar-lebaran jidat, tetep Kang Hadi kalo sekarang. jidatnya kan sampai tengkuk. kan masih gundul.
BalasHapusHmmm...pembicaraan yang hanya bisa dimengerti oleh bapak-bapak.
Hapus*mlipir*
Mending ngalah sama orang tua deh kalo lebar2an jidat
Hapusbetul mang...
Hapuskita yang mudaan nyingkir saja lah...
padahal yang bulannya paling muda saya loh. kalian 1975 awal kan? huahahahaha
Hapussalah...
HapusSalah pake banget
HapusMalah soal kupat, kalau kata ibu saya itu terbuat dari beras putih melambangkan hati kita yang sudah dibersihkan di bulan Ramadhan. Beras itu dibentuk menggumpal sebagai perlambang bahwa kita satu keluarga, satu iman harus saling bersatu padu menyerupai nasi kupat yang tidak buyar seperti nasi dikukus itu. Katanya lho........
BalasHapusSelamat hari raya ya, dari suci kita kembali suci lagi. Maafkan saya lahir dan batin.
*salaman*
Nggih bund leres niku...budaya jawa memang penuh dengan perlambang/sanepo persis sama alquran kalo soal sanepo
HapusHehe, aku jadi ingat uwa-ku, soanya beliau dulu pernah bercerita tentang filosofi dari ketupat.
BalasHapusCoba deh di kupas dari sisi budaya sunda...
Hapusihhh ngasih kerjaan senengannya
HapusHi..hi..
Hapuslebaran itu tidak bagus
BalasHapusenakan yang sempitan, bah...
horass...
aihhhh,,wkwkwkwkwkw
HapusHayyah...
Hapusbaju sempit nggak enak dipake...bikin kringet buntet je...
Hapustimbang grembyang grembyang kaya pemean mlaku...
Hapuskaya wong arab..
HapusSelamat Lebaran yah, mohon maaf lahir dan batin.
BalasHapusBagi pemudik, hati-hati di jalan.
Aku gak lebaran....uwoo..uwooo
Hapusselamat menyongsong lebaran Lik Pacul...semoga Ramadhannya nggak nggetuni ya...(semoga saya juga)
BalasHapusBiasa aja mba khusna..
Hapuskaya biasane nang jogja mbok puasane..?
HapusPuasa kan nangendi2 pada baen
Hapusngga mudik emangnya kang?....
BalasHapusnggak kang...kalo saya ke kota soalnya bukan ke udik ....wkwkwkwk
HapusSelamat hari raya idul fitri.
BalasHapusMohon maaf lahir dan batin. ^_^
selamat hari raya idul fitri
BalasHapusmohon maaf lahir dan bathin..