UAS kemaren merupakan pengalaman test pertama anak sayah si kembar. Jadi ini adalah tahun pertama si kembar masuk SD. Menariknya meski pengalaman pertama tapi sikap mereka biasa saja. Kalo disuruh belajar alesannya ada aja .
"Udah tahu semua Yaah.." atau
"Udah hapal lah.." Begitu, mangkeli kan
Lebih gembeleng lagi kalo pas pulang sekolah, saat ditanya "Gimana testnya?"
"Keciiiil..." atau "Gampang banget.." nggemesi pisan mbok..?
Tapi kemudian mereka berdua kena batunya, adalah Bahasa Jawa yang membuat mereka kesandung.
"Huh!..susah...!" dengan ekspresi lemes
Iya, Pelajaran Bahasa Jawa memang momok bagi mereka. Dan sepertinya tidak hanya si kembar saja, dulu sayah juga begitu. Meski sama-sama Jawa tapi bahasa yang diajarkan adalah bahasa Jawa Wetanan, basa Bandhek kalo kami nyebutnya. Dibandingkan dengan bahasa ibu kami yaitu Bahasa Banyumasan itu berbeda sekali. Banyak kosakata yang tidak ditemui di bahasa sehari-hari kami, kepriwe jal?
Mungkin sebaiknya Pelajaran bahasa daerah yang diajarkan menyesuaikan bahasa setempat, selain tidak membingungkan juga bisa melestarikan bahasane dhewek.
Pokoke nek ora ngapak ora kepenak...!
hehehe
BalasHapus