Rabu, 21 Januari 2015

Turbulensi itu...

Beberapa kali naik pesawat yang di rasakan cuma satu: ngeri-ngeri sedap. Meski prosentase kecelakaannya terbilang kecil dibandingkan dengan angkutan darat, tapi sekali kecelakaan prosentase kematianya jauh lebih besar satu kecelakaan angkutan darat. Tapi gimana lagi tranportasi yang cepet adanya cuma pesawat, dan apesnya lagi sayah harus dua kali terbang kalo pulang. 

Biasanya kalo pulang sayah pilih rute Incheon - Denpasar, kemudian sambung lagi dengan penerbangan Denpasar - Yogyakarta: Kota terdekat dari kota tempat tinggal: Cilacap. Kalo saja Susi Air terbangnya dari Jakarta - Cilacap lewat Cengkareng nggak lewat Halim mungkin pilih turun Jakarta kalo pulang daripada Denpasar, lebih hemat waktu!


Malam yang sama dengan Tragedi MAS MH17

Yang bikin ngeri-ngeri sedap adalah penerbangan 8 jam non stop Incheon - Denpasar. Yang tentu saja gak boleh ada istilah mesin mati meski sebentar saja, apalagi kalo sampai mogok. Susah ndorongnya !

Bukan lamanya terbang yang bikin ngeri sebenarnya, kecuali bosan saja yang biasanya diisi dengan menonton film banyak-banyak sebab di isi dengan tidur paling lama 1 jam saja habis itu gak bisa lagi, payah emang. Saat take off dan landing biasanya yang bikin ngeri, terutama pesawat yang berbadan kecil seperti  Denpasar - Jogja guncanganya lebih terasa dibanding yang berbadan lebar seperti A330-200, entah mengapa yang berbadan lebar kok lebih halus baik saat take off maupun landing.



Air Asia at Incheon
Satu lagi yang bikin ngeri saat naik pesawat, apalagi kalo bukan turbulensi. Sayah pernah mengalami dengen Garuda saat sudah mendekati Denpasar. Waktu itu pesawat sudah turun dari ketinggian karena kru kabin telah mengumumkan persiapan pendaratan sebentar lagi. Puncak gunung pun sudah terlihat (Agung/Batur?) dan waktu itu keadaan awan pekat dan hujan deras terlihat dari jendela di samping sayah.
Dan pesawat pun mulai bergoyang, agak keras sayah kira. Terlihat wajah penumpang mulai panik dan tiba-tiba hentakan yang sangat keras, pesawat seperti jatuh ke bawah, penumpang terutama perempuan banyak yang menjerit dan tutup boks bagasi kabin beberapa ada yang terbuka. Sayah hanya terdiam saja sambil terus memandang ke luar jendela memandangi butiran air yang mengalir di sapa pesawat,memandangi gumpalan awan yang sepertinya bergambar anak-anak dan istri sayah ......


Senin, 12 Januari 2015

Celeng



Setelah kemarin wedus kemudian kini Celeng, kali ini sodara sayah yang menemukan ini. Sebuah mobil putih bertuliskan Celeng ini dengan tulisan ( 주) di baca "Ju" sama dengan Co. dalam Inggris atau PT. dalam bahasa Indonesia.

Semakin yakin saja kalo Korea ini dulunya bagian dari Majapahit ..ha..ha...

Minggu, 11 Januari 2015

Wedus


Setelah sekian lama gagal memotret tulisan ini dengan jelas, akhirnya berhasil juga meski gak begitu maksimal hasilnya sebab di ambil dari dalam bus yang melaju kencang. Pabrik ini memang terletak di jalan antar kota yang kebetulan tidak ada halte yang dekat di lokasi ini. Jadi setiap lewat sini pasti sopirnya ngebut jadi dari beberapa kesempatan, meski sudah di persiapkan sebelumnya dengan kamera hape tetep saja gagal total......wedus pancen!

Sayah curiga jangan-jangan dulu daerah ini pernah menjadi bagian dari Majapahitnya era Gajah Mada, soalnya banyak kata yang mirip Jawa. Termasuk dua nama marga di sini, Marga Pak -ini kalo versi Inggris di tulis Park, padahal dalam huruf Hanggeul tidak ada huruf "R"nya- dan juga marga Kang. Juga akhiran "Yo" untuk memperhalus bahasa, mirip Jawa kan. Coba aja bahasa di tambahi Yo di belakangnya jadi lebih halus kan? ...wedus yooo ..he..he..