Senin, 10 Oktober 2016

Seoul International FireWorks Festival



Malem minggu kemaren tgl 8 Oktober ceritanya nonton kembang api. Sebenere udah lama pengin nonton festival tahunan ini yang biasanya di gelar di Sungai Han, sungai yang membelah kota Seoul. Tepatnya di Yeouido Park.

Selama 6 tahun di sini baru sekarang bisa nonton. Ada dua sebab tahun2 sebelumnya gak nonton, satu; Jauh, jarak pp dari kota tempatku tinggal 4 jam, kedua malem hari, ini takut kehabisan transportasi aja sih sebenere, tapi kemaren tak nekatin kalo gak nemu bis apa kereta ya terpaksa nginep dimana gitu lah..

Karena baru pertama jadi kemaren gagal total buat nyari spot yang baik buat moto. Stasiun terdekat sudah ditutup satu jam sebelum acara dimulai jadi harus turun sebelum atau satu stasiun berikutnya, jadi harus jalan kaki lumayan jauh. Dari pertama berangkat sih udah ngincer tempat di jembatan Mapo, ttapi apadaya salah membaca peta di Gmaps, jadi keluar dari pintu subway udah salah milih sisi jembatanya..asem. Dan jembatanya luarbiasa lebar mungkin ada 50 meter lebih.

Apes yang kedua Tripod gak kebawa dan cuma bawa satu lensa, lensa telenya gak kebawa. Masih untung dapet nyandar di pagar jembatan tapi tetep aja tangan kesenggol kanan kiri. Jadi dapet fotonya seadanya....









Sabtu, 06 Agustus 2016

Medical Test


Hari ini semua karyawan pabrik panci tempat saya bekerja melakukan medical test rutin. Tiap tahun memang menjadi hal yang rutin. Biasanya menjelang akhir tahun, tapi kali ini tumben di bulan Agustus.

Masalah terjadi ketika pendaftaran, nama sayah kebalik. KTP korea sayah memang salah tulis nama oleh orang kantor waktu di Kantor Imigrasi tempo hari. Nama depan dan nama belakang kebalik. Setelah soal nama beres, giliran medical testnya yang ditolak katanya baru datang 8 bulan lalu dan sudah di medical test oleh Depnaker Korea waktu pertama datang.

Baiklah, padahal seminggu setelah datang di sini juga udah medical test 8 bulan yang lalu. Meski ngeyel nolak masa 2 minggu medical test 2 kali. Takut kenapa-napa kena paparan radiasi rongent terlalu sering.

Tapi kayaknya ini karma waktu di Indonesia kemaren. Jadi waktu ngajuin berkas2 untuk visa kerja medical test sayah dinyatakan kadaluarsa sebab udah melebihi 3 bulan.

Tapi sayah tetep ikut ngantri verifikasi data ke petugas. Dan lolos! padahal selain medical test masih ada dua lainnya yang tidak sayah lengkapi, Legalisasi Ijazah terakhir -yang tak lampirin cuma kopian- sama akte kelahiran gak kebawa. Di dalem malah cuma ngobrolin si kembar, tahu punya anak kembar jadi kepo, berkas gak diliat langsung ditandatangani, lengkap.
Pesan moralnya, punyalah anak kembar kalo ingin urusan lancar. Tadinya mah udah kepikiran bakal bolak balik Cilacap-Jakarta buat nglengkapin berkas.

Oh ya, tadi itu gak jadi medical malah diajak imunisasi hepatitis gratis. Yang diajak cuman sayah.....mayan.

Pak Sungadi

Waktu SMA sayah punya seorang guru biologi yang antik. Pertama, kalo sedang mengajar belio ini nggak pernah beranjak dari tempat duduknya. Kedua, belio ini lucune puool, bikin gak ngantuk kalo ngajar. Ketiga, belio ini seorang perokok berat sambil ngajar pun belio ini klepas-klepus non-stop merokok dengan pipa rokok yang khas. Mungkin kalo jaman sekarang ada guru ngajar sambil ngrokok gitu udah rame masuk medsos dihujat sanah sinih.
Kalau ulangan gak pernah tertulis, selalu lisan tanya jawab langsung satu persatu menghadap meja guru. Asiknya pertanyaan ulangannya ada dilembar terakhir pada Bab bahasan minggu itu, jadi kalo gak kebangeten malesnya pasti bisa. Satu anak satu pertanyaan, memilih pertanyaannya seperti diundi dengan melempar lipatan kertas kecil lalu dilempar diatas buku pelajaran.
"Jadi pertanyaannya apa pak?"
"Lha itu jatuhya dimana?"
"Di atas meja pak"
"Ya sudah kembali sana, beruntung kamu..Udah belajar kan?"
"Udah pak." lalu sret-stet kasih nilai.
Tapi kalo soal disiplin belio ini tegas. Tiap kelompok praktikum yang lupa membawa preparat bahan praktikum sudah pasti hukumannya disehatkan, begitu belio bilang. Maksudnya lari keliling lapangan 5 kali, lemes deh. Yang sayah suka dan masih teringat sampai sekarang adalah pidato belio sebelum mulai praktikum.
"Selamat siang, sebelum memulai praktikum saya ingatkan agar hati-hati menggunakan alat2 laborat. Jangan sampai ada yang pecah atau rusak. Kalo ada yang pecah/rusak nanti wajib mengganti dua kali jumlah yang pecah/rusak. Terakhir, mudah2an ya ada yang pecah/rusak biar alat laboratnya nambah.... " -ya izya-
Dan hari ini sayah mendengar kabar kalo istri tercinta belio ini, ibu Pudjiastuti telah berpulang kehadirat Allah SWT. Semoga khusnul khotimah....lahal fatihah.

Sabtu, 30 Juli 2016

Moral Pohon Jambu

Di depan rumah ada sebuah pohon Jambu, yang tumbuh di halaman dari sisa tanah kira2 1,5 meter dari rumah ke jalan yang  tidak berpagar. Belum terlalu besar tetapi berbuah rutin setiap musim buah tiba. Ibu sayah pernah mengatakan kalau hasil dari panenan satu buah pohon Jambu itu ternyata bisa untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Pesan moral yang pertama, kalau mau taat pajak tanamlah minimal satu pohon jambu saja.

Semua nampak normal saja hingga suatu ketika negara medsos menyerang...eh. Jadi ada beberapa anak yang dengan sukarela membantu memetik & menghabiskan Jambu itu, masalahnya mereka itu tidak meminta ijin terlebih dahulu. Hebatnya meski sudah kepergok dan ditegur mereka tetep aja tak acuh, cuma memandang sebentar kemudian lanjut lagi memetik lagi.

"Turun nggak???" tereak sayah kesel.

Akhirnya mereka pun turun tapi gak kemana2 cuma berdiri di bawah pohon saja sambil masih memandangi sayah...hadeeh. Baiklah, waktu kecil sayah juga pernah begitu, memetik buah tetangga tanpa ijin tapi denger pintu tuan rumah berderit saja sudah lari kaya setan. Tapi ini? hadeeh.... nggak ada takut2nya sama sekali. Tarik napas dalam2...

"Nih, lain kali kalo pengin jambu ngomong dulu sama yang punya, dah sana bubar..."

Misteri dari mana "keberanian" anak2 itu datang terpecahkan sudah ketika seorang bapak sedang menunggu foto kopi di depan rumah sayah. Sambil menunggu dengan seorang anak balitanya. Dia nyebrang jalan sambil menggendong anaknya dan dengan santainya memetik jambu itu. Dan di waktu lain saat seorang ibu yang menggedong anaknya saat mengantri di Puskesmas pembantu yang kebetulan mengontrak di salah satu ruang rumah saya, juga melakukan hal sama. Mendidik anak yang paling efektif itu bukan dengan omongan tapi dengan contoh perilaku. See..kedua orangtua itu dengan sempurna telah mendidik anaknya tanpa dia sadari dan terekam sempurna pula dalam memori si anak.

Di lain hari, rombongan anak2 yang kemarin "membantu itu datang lagi, kali ini mereka datang dengan sopan meminta ijin meminta Jambu. Setelah di ijinkan, menyerbulah mereka berebut menaiki pohon jambu. Setelah berapa lama sayah pun menengok mereka yang tak kunjung turun. Ternyata oh ternyata mereka memborong semua jambu yang tersisa. Tidak satu dua jambu yang mereka petik tapi tiga kantong kresek yang mereka bawa penuh dengan Jambu...duh gusti paringana sabar.

Pesan moral yang kedua adalah jangan pernah nanem pohon Jambu di depan rumah, banyak setannya.

Jumat, 22 Juli 2016

Poligamer

Dulu saat pernah ngekost waktu kuliah di Solo, ada seorang yang selalu rutin mengisi khotbah Jum'at tiap bulannya. Lelaki dengan perawakan tinggi besar ini selalu berapi-api saat mengisi khotbah. Kebetulan saat itu lagi panas-panasnya perang sipil di Ambon sana. Setiap khotbah selalu mengompori anak muda untuk berangkat jihad ke Ambon. Khotbah yang berapi-api itu ditanggapi dengan menikmati kantuk para jamaahnya yang sesekali ditimpali dengan menguap dengan suara keras. he..he...Orang-orang bilang dia jarkoni (isa ngajar ora nglakoni), beberapa bulan rutin ngmpori jihad tapi dia sendiri nggak pernah berangkat.

Ada sisi menarik dengan beliau ini yang oleh orang-orang dihubungkan dengan jarkoni tadi. Ternyata beliau ini punya istri tiga. Hebatnya lagi tiga2nya semuanya bekerja, ada yang pegawai, satunya guru dan seorang lagi Dokter gigi.  "Pantesan nggak berangkat2 ke Ambon" begitu kata orang2

Saat tinggal di Jogja, saya punya seorang kawan anak dari seorang Kyai pengasuh pondok pesantren di Rembang sana. Kawan ini sedang melanjutkan kuliah S2 di UGM. Menariknya, bapaknya dan semua kakak laki2nya yang telah menikah memiliki istri lebih dari satu. 

"Waah..kowe mesti mengko yo tiru bapak karo masmu, bojone okeh...ngono ta?" ledekku

"Asem ik, akeh piye...siji wae aku yo durung tau nduwe pacar kok"  


Saya kagum sama orang-orang yang bisa berpoligami, tentu lebih kompleks masalanya dibanding yang monogami. Tapi saya lebih sangat-sangat mengagumi mereka-mereka yang tetap setia dengan satu pasangan mereka, setia dengan setiap kekurangan pasangannya untuk kemudian saling melengkapinya. 

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian...... (Annisa,129)

Selasa, 05 Juli 2016

Mudik Lebaran

Dulu saya kira mudik hanya tradisi di Indonesia saja, ternyata setelah di Korea tradisi mudik pun ada. Hari Raya Cheusok namanya, mirip di Indonesia biasanya sebelum hari H, mereka ziarah dan bersih-bersih makam di  kuburan. Lalu satu hari sebelum hari H mereka ramai-ramai mudik, persis di Indonesia macet di mana-mana. 

Saya pernah ngalamin terjebak macet ini, waktu berkunjung ke tempat temen di Dangjin. Waktu di jalan tol sih lancar jaya meski jalanan macet tapi lajur khusus bus yang biasanya ditandai dengan garis biru tetep kosong. Mungkin ini bisa di contoh di Indonesia, pengelola tol wajib menyediakan jalur bus jadi nantnya yang naik bus tidak ikut terjebak macet.

Di Indonesia malah saya belum pernah merasakan indahnya mudik. Dimana mau mudik rumah mertua saja cuma berjarak 2 km. Dan punya rumah bikinnya persis di sebelah rumah orang tua. Pas masih tinggal di Jogja pun, jauh-jauh hari Istri dan anak2 sudah dipulangkan duluan. Mungkin ini yang dinamakan Manajemen Mudik apa yah..he.he.. Jadi mudik nyaman itu direncanakan  jauh-jauh hari, dengan mencari jodoh orang dekat saja dan bikin rumah pun di sebelah orang tua..ha..ha..

Lalu kapan sebenarnya tradisi mudik ini dimulai? dan kenapa cuma di Indonesia saja yang ada? Saya kira ini seperti nasihat orang dulu yang di kemas dengan simbol-simbol khas orang Jawa. Nasihat yang tidak menggurui. Kita tahu setelah melaksanakan puasa satu bulan penuh maka tibalah Idul Fitri, kembali suci atau kembali seperti bayi yang tidak punya dosa. Mudik berasal dari kata Udik, yang merupakan asal kita, diman anilai-nilai kebaikan masih terpelihara dengan baik. Jadi kembalilah ke asalmu yang baik itu. Maka di sarankanlah memakai baju yang baru di hari itu, baju yang jelek-jelek jangan dipakai. jadi pertanyaanya sudahkah kita mudik yang benar-baner sejatinya mudik?

Selamat mudik dan Selamat Aidil Fitri bagi yang merayakan.....










Sabtu, 02 Juli 2016

16 Tahun Lalu itu...

Malam itu selepas maghrib saya dikagetkan dengan panggilan keras ibu kost, rupanya bapak yang menelepon dari Cilacap.
"Kamu harus pulang besok pagi ke Cilacap" begitu kata bapak tanpa basa-basi mengagetkan saya.
"Kenapa?" tanyaku
"Pokoknya kamu harus pulang secepatnya" sahutnya singkat.
"Tapi besok masih ada urusan di kampus"
"Ada yang lebih penting dari itu"
"Baiklah, saya akan pulang tapi setelah selesai urusanya,dan itu berarti sore hari." tawarku dan bapak menyetujuinya. 

Malam itu adalah malam Sabtu dan saya diharuskan paling lambat malam Minggu sudah sampai di Cilacap. Dan esoknya urusan selesai  jam setengah lima sore. Perjalanan Solo-Cilacap adalah 7 jam dengan naikbus, satu-satunya kereta ke Cilacap jadwalnya jam setengah 3 sore, itu  artinya satu-satunya pilihan adalah naik bus. Jadi setelah urusan kampus selesai sayah harus cepat-cepat pulang kalau tidak ingin terlambat sampai Cilacap.

Dalam perjalanan pulang malam itu di dalam bus saya tak bisa tidur, gelisah. Obrolan bersama Agung teman satu kost yang kuminta menemani perjalanan saya pun tak mampu menepis kegelisahan. Jawaban bapak yang mengatakan ada yang lebih penting dari urusan di kampus malah menimbulkan lebih banyak pertanyaan di kepala, ada apa?

Sampai Cilacap sekira jam 12 malam, agak terlambat sebab bus mengalami pecah ban di Purworejo. Sebelum menuju rumah masing-masing, seperti biasa kami memilih mencari pengganjal perut. Kali ini Soto Sokaraja pilihannya, kebetulan masih buka jam segitu. Tidak enak seperti biasanya mungkin banyaknya psertanyaan di kepala yang menghilangkan selera makan.
Selesai makan saya memilih ojek untuk mengantar pulang setelah sebelumnya membatalkan rencana  untuk menginap di tempat Agung terlebih dahulu seperti biasanya kalo kami pulang bersama,  tentu saja untuk diantar gratis pagi harinya, lumayan menghemat uang. Sayah ingin cepat-cepat menuju rumah, rasa penasaran menuntunku untuk pulang segera.

Sampai di rumah mungkin jam 1-an, ternyata memang sudah di tunggu tidak hanya oleh keluargku tapi juga beberapa saudara sepupu berada di sana. Setelah uluk salam dan bersalaman aku pun langsung duduk di kursi bersama mereka. Hampir bersamaan adik laki-lakiku langsung mengangsuskan baju batik dan sepatu baru untuk di coba, sambil mengatakan, 

"Mas besok pagi njenengan nikah.!"

Akupun langsung tertunduk sambil menangkupkan kedua tangan ke wajahku, setelahnya memandang bapak, Ibu dan saudara-saudaraku semua, sattu persatu, dan kulihat anggukan kecil di sana. Oh, ini memang sudah ku duga sebelumnya tapi dalam pikiranku bukan besok waktunya. Saya sudah menduga sebelumya sebab seorang gadis yang sudah sayah lamar beberapa bulan sebelumnya, ayahnya sakit keras dan beberapa kali sayapun ikut menunggui ketika opname di Jogja dan satu-satunya keinginannya kalau tidak diberi umur panjang adalah menikahkan satu-satunya anak gadisnya sebagai kewajiban untuk  menjadi wali nikah. Saya sudah menduganya tapi untuk nikah besok? Tidak terbesit dalam pikiran saya sama sekali.

"Iya, siap" jawabku setelah diam beberapa saat.

Malam itu, saya nggak bisa tidur. Membayangkan peristiwa besar besok dan sesekali menghafal akad nikah. Paginya saya harus menyiapkan pakian untuk akad yang dijadwalkan pukul 10 pagi. Akhirnya dapat setelan jas pinjaman dari kakak sepupu setelah sebelumnya ke rias penganten untuk menyewa tapi tidak ada yang cocok.

Lantai empat di gedung Rumah Sakit Pertamina Cilacap, keluar dari lift menuju lorong di sisi selatan tempat Bapak mertua saya di rawat. Ku lihat saudara-saudara saya dan calon istri saya sudah memenuhi lorong rumah sakit,  duduk di lantai beralaskan tikar. Semua terdiam dalam pandangan menuju pasangan calon pengantin, dalam kesederhaan ala kadarnya di akad nikah kami pagi itu. Syukur Alhamdulilah acara akad nikah berlangsung lancar, meski harus mengulang satu kali karena perasaan yang campur aduk kala itu. Tak ada tawa bahagia setelah akad itu, yang ada hanya tangis bahagia, uacapan selamat yang mengalir dari saudara-saudaraku semuanya pun diiringi dengan tangis, tapi saya yakin itu adalah tangis bahagia....

Enam belas tahun lalu masih terasa lekat dalam ingatan, menyimpanya dan baru kali ini saya bisa menuliskanya, biasanya selalu terhenti karena air mata yang mehalangi...



Untuk istriku tercinta  I always love you...menualah bersamaku. 

Anseong,  2 Juli 2016

Rabu, 06 April 2016

Cinta Sunyi

Suatu waktu sekira jam 11 malam di sekitar Malioboro Jogjakarta, seorang pria terhenyak ketika seseorang yang dianggapnya guru mengajaknya keluar malam itu. Dengan berjalan kaki dia mengikuti saja gurunya itu dari belakang. Sepanjang perjalanan tidak sepatah katapun keluar dari mulut gurunya itu.  Meski tidak tahu tempat yang di tuju, terus saja  dia mengikuti langkah kaki gurunya, pun tidak menanyakan kemana tujuannya malam itu. Setelah berapa lama, rupanya yang dituju adalah sebuah warung wedangan di sekitar terminal yang dulu masih di THR Gondomanan.

Setelah mendapatkan tempat duduk dan memesan minuman, keduanya asyik menikmati rokok sambil sesekali menikmati teh, masih tidak ada kata yang keluar dari keduanya. Dan terus saja begitu yang dilakukan, merokok, minum, merokok, minum, merokok lagi, minum lagi, merokok lagi, minum lagi. Dalam sunyi adegan merokok minum itu dilakukan sampai jam 4 pagi -edan tenan!. Sampai akhirnya  di jam 4 pagi itu gurunya memecah kesunyian.

"Em, coba lihat bisnya sudah lewat belum?'

"Lho bis apa mas?" Dia menjawab dengan pertanyaan.

"Bis Agung, yang dari Malang. Sudah lewat belum?"

Rupanya tujuan gurunya malam itu adalah menunggu datangnya bis malam Agung Anugrah Jurusan Malang -Jogja yang tiba pukul 4 pagi itu. Gurunya sendiri tetap di dalam warung tidak mau melihat sendiri bis itu. Lalu apa sebabnya menunggu bis sampai jam 4 pagi? Soalnya gurunya itu mencintai seorang perempuan asal Malang yang sedang kuliah di Jogja. Jadi dia hanya membayangkan kekasihnya dalam batin yang bukan kekasih nyata itu turun dari bis Agung yang datang pukul empat itu padahal nyatanya tidak. Dia sendiri tidak berani menatap langsung kekasih batinya itu apalagi menyatakan cintanya. Bagi dia cinta yang suci itu menjadi batal jika diterapkan. Dia hormati cintanya begitu rupa sehingga tidak akan menyentuh cintanya, supaya tidak najis cintanya itu.
Satu kisah dari beberapa kisah menarik dari kehidupan Umbu Landu Paranggi seperti yang diceritakan oleh sang murid Emha Ainun Nadjib.

Sekira 25 tahun yang lalu kisah yang hampir sama tentang cinta yang sunyi itu pernah juga sayah alami, tapi kisah sayah tidak seekstrim kisah Umbu.
Kisah ini bermula saat saya SMP atau mungkin lebih awal dari itu, ceritanya sayah tertarik seorang perempuan yang kebetulan masih tetangga saya, teman masa kecil, teman bermanin dan mengaji di sebuah musholla yang sama. Rasa tertarik yang perlahan berubah menjadi cinta, anehnya perasaan cinta itu malah membuat sayah menjauh darinya, ada perasaan malu yang tiba-tiba muncul saat bertemu dengannya. Sayah selalu menghindari saat ada dia di setiap arena permainan atau saat sekedar kumpul dengan teman-teman sepermainan. Pun saat mengaji sayah selalu menghindari berpapasan dengannya. Lalu bagaimana cinta akan bersambut saat tidak ada saling bertemu?

Sayah nekad berkirim surat, hanya bermodalkan keyakinan saja saat itu. Satu tatapan mata saja saat tak sengaja bertemu muka, cukup untuk meyakinkan sayah membuat surat cinta pertama sebab buat mereka yang dibakar api cinta, kata-kata tidak mempunyai makna. Dan gayung pun bersambut. Singkatnya kita tetap berkomunikasi lewat surat tapi masih tetep tanpa pernah saling bicara, dan kalo bertemu pun tanpa saling sapa. Menyapa lewat surat dan kemudian bergumul dengan imajinasi masing-masing. Kami benar-benar berpacaran setelah 8 tahun kemudian saat sama-sama sudah kuliah di Jogja, dan 3 tahun kemudian kami menikah.

Cinta memang terkadang sulit untuk dimengerti dan seringkali cinta bergerak lembut dalam kesunyian, menghanyutkan hati siapa saja yang dilalui.

Selamat Ulang Tahun Enam Aprilku, Istriku tercinta, Ibu dari anak-anakku, terima kasih telah mendampingiku sampai hari ini...Love You 언쟤가지나사랑햬.....