Senin, 10 Oktober 2016
Seoul International FireWorks Festival
Sabtu, 06 Agustus 2016
Medical Test
Masalah terjadi ketika pendaftaran, nama sayah kebalik. KTP korea sayah memang salah tulis nama oleh orang kantor waktu di Kantor Imigrasi tempo hari. Nama depan dan nama belakang kebalik. Setelah soal nama beres, giliran medical testnya yang ditolak katanya baru datang 8 bulan lalu dan sudah di medical test oleh Depnaker Korea waktu pertama datang.
Baiklah, padahal seminggu setelah datang di sini juga udah medical test 8 bulan yang lalu. Meski ngeyel nolak masa 2 minggu medical test 2 kali. Takut kenapa-napa kena paparan radiasi rongent terlalu sering.
Tapi kayaknya ini karma waktu di Indonesia kemaren. Jadi waktu ngajuin berkas2 untuk visa kerja medical test sayah dinyatakan kadaluarsa sebab udah melebihi 3 bulan.
Tapi sayah tetep ikut ngantri verifikasi data ke petugas. Dan lolos! padahal selain medical test masih ada dua lainnya yang tidak sayah lengkapi, Legalisasi Ijazah terakhir -yang tak lampirin cuma kopian- sama akte kelahiran gak kebawa. Di dalem malah cuma ngobrolin si kembar, tahu punya anak kembar jadi kepo, berkas gak diliat langsung ditandatangani, lengkap.
Pesan moralnya, punyalah anak kembar kalo ingin urusan lancar. Tadinya mah udah kepikiran bakal bolak balik Cilacap-Jakarta buat nglengkapin berkas.
Oh ya, tadi itu gak jadi medical malah diajak imunisasi hepatitis gratis. Yang diajak cuman sayah.....mayan.
Pak Sungadi
Sabtu, 30 Juli 2016
Moral Pohon Jambu
Di depan rumah ada sebuah pohon Jambu, yang tumbuh di halaman dari sisa tanah kira2 1,5 meter dari rumah ke jalan yang tidak berpagar. Belum terlalu besar tetapi berbuah rutin setiap musim buah tiba. Ibu sayah pernah mengatakan kalau hasil dari panenan satu buah pohon Jambu itu ternyata bisa untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Pesan moral yang pertama, kalau mau taat pajak tanamlah minimal satu pohon jambu saja.
Semua nampak normal saja hingga suatu ketika negara medsos menyerang...eh. Jadi ada beberapa anak yang dengan sukarela membantu memetik & menghabiskan Jambu itu, masalahnya mereka itu tidak meminta ijin terlebih dahulu. Hebatnya meski sudah kepergok dan ditegur mereka tetep aja tak acuh, cuma memandang sebentar kemudian lanjut lagi memetik lagi.
"Turun nggak???" tereak sayah kesel.
Akhirnya mereka pun turun tapi gak kemana2 cuma berdiri di bawah pohon saja sambil masih memandangi sayah...hadeeh. Baiklah, waktu kecil sayah juga pernah begitu, memetik buah tetangga tanpa ijin tapi denger pintu tuan rumah berderit saja sudah lari kaya setan. Tapi ini? hadeeh.... nggak ada takut2nya sama sekali. Tarik napas dalam2...
"Nih, lain kali kalo pengin jambu ngomong dulu sama yang punya, dah sana bubar..."
Misteri dari mana "keberanian" anak2 itu datang terpecahkan sudah ketika seorang bapak sedang menunggu foto kopi di depan rumah sayah. Sambil menunggu dengan seorang anak balitanya. Dia nyebrang jalan sambil menggendong anaknya dan dengan santainya memetik jambu itu. Dan di waktu lain saat seorang ibu yang menggedong anaknya saat mengantri di Puskesmas pembantu yang kebetulan mengontrak di salah satu ruang rumah saya, juga melakukan hal sama. Mendidik anak yang paling efektif itu bukan dengan omongan tapi dengan contoh perilaku. See..kedua orangtua itu dengan sempurna telah mendidik anaknya tanpa dia sadari dan terekam sempurna pula dalam memori si anak.
Di lain hari, rombongan anak2 yang kemarin "membantu itu datang lagi, kali ini mereka datang dengan sopan meminta ijin meminta Jambu. Setelah di ijinkan, menyerbulah mereka berebut menaiki pohon jambu. Setelah berapa lama sayah pun menengok mereka yang tak kunjung turun. Ternyata oh ternyata mereka memborong semua jambu yang tersisa. Tidak satu dua jambu yang mereka petik tapi tiga kantong kresek yang mereka bawa penuh dengan Jambu...duh gusti paringana sabar.
Pesan moral yang kedua adalah jangan pernah nanem pohon Jambu di depan rumah, banyak setannya.
Jumat, 22 Juli 2016
Poligamer
Ada sisi menarik dengan beliau ini yang oleh orang-orang dihubungkan dengan jarkoni tadi. Ternyata beliau ini punya istri tiga. Hebatnya lagi tiga2nya semuanya bekerja, ada yang pegawai, satunya guru dan seorang lagi Dokter gigi. "Pantesan nggak berangkat2 ke Ambon" begitu kata orang2
Saat tinggal di Jogja, saya punya seorang kawan anak dari seorang Kyai pengasuh pondok pesantren di Rembang sana. Kawan ini sedang melanjutkan kuliah S2 di UGM. Menariknya, bapaknya dan semua kakak laki2nya yang telah menikah memiliki istri lebih dari satu.
"Waah..kowe mesti mengko yo tiru bapak karo masmu, bojone okeh...ngono ta?" ledekku
"Asem ik, akeh piye...siji wae aku yo durung tau nduwe pacar kok"
Saya kagum sama orang-orang yang bisa berpoligami, tentu lebih kompleks masalanya dibanding yang monogami. Tapi saya lebih sangat-sangat mengagumi mereka-mereka yang tetap setia dengan satu pasangan mereka, setia dengan setiap kekurangan pasangannya untuk kemudian saling melengkapinya.
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian...... (Annisa,129)
Selasa, 05 Juli 2016
Mudik Lebaran
Saya pernah ngalamin terjebak macet ini, waktu berkunjung ke tempat temen di Dangjin. Waktu di jalan tol sih lancar jaya meski jalanan macet tapi lajur khusus bus yang biasanya ditandai dengan garis biru tetep kosong. Mungkin ini bisa di contoh di Indonesia, pengelola tol wajib menyediakan jalur bus jadi nantnya yang naik bus tidak ikut terjebak macet.
Di Indonesia malah saya belum pernah merasakan indahnya mudik. Dimana mau mudik rumah mertua saja cuma berjarak 2 km. Dan punya rumah bikinnya persis di sebelah rumah orang tua. Pas masih tinggal di Jogja pun, jauh-jauh hari Istri dan anak2 sudah dipulangkan duluan. Mungkin ini yang dinamakan Manajemen Mudik apa yah..he.he.. Jadi mudik nyaman itu direncanakan jauh-jauh hari, dengan mencari jodoh orang dekat saja dan bikin rumah pun di sebelah orang tua..ha..ha..
Lalu kapan sebenarnya tradisi mudik ini dimulai? dan kenapa cuma di Indonesia saja yang ada? Saya kira ini seperti nasihat orang dulu yang di kemas dengan simbol-simbol khas orang Jawa. Nasihat yang tidak menggurui. Kita tahu setelah melaksanakan puasa satu bulan penuh maka tibalah Idul Fitri, kembali suci atau kembali seperti bayi yang tidak punya dosa. Mudik berasal dari kata Udik, yang merupakan asal kita, diman anilai-nilai kebaikan masih terpelihara dengan baik. Jadi kembalilah ke asalmu yang baik itu. Maka di sarankanlah memakai baju yang baru di hari itu, baju yang jelek-jelek jangan dipakai. jadi pertanyaanya sudahkah kita mudik yang benar-baner sejatinya mudik?
Selamat mudik dan Selamat Aidil Fitri bagi yang merayakan.....
Sabtu, 02 Juli 2016
16 Tahun Lalu itu...
Malam itu adalah malam Sabtu dan saya diharuskan paling lambat malam Minggu sudah sampai di Cilacap. Dan esoknya urusan selesai jam setengah lima sore. Perjalanan Solo-Cilacap adalah 7 jam dengan naikbus, satu-satunya kereta ke Cilacap jadwalnya jam setengah 3 sore, itu artinya satu-satunya pilihan adalah naik bus. Jadi setelah urusan kampus selesai sayah harus cepat-cepat pulang kalau tidak ingin terlambat sampai Cilacap.
Sampai Cilacap sekira jam 12 malam, agak terlambat sebab bus mengalami pecah ban di Purworejo. Sebelum menuju rumah masing-masing, seperti biasa kami memilih mencari pengganjal perut. Kali ini Soto Sokaraja pilihannya, kebetulan masih buka jam segitu. Tidak enak seperti biasanya mungkin banyaknya psertanyaan di kepala yang menghilangkan selera makan.
Rabu, 06 April 2016
Cinta Sunyi
Setelah mendapatkan tempat duduk dan memesan minuman, keduanya asyik menikmati rokok sambil sesekali menikmati teh, masih tidak ada kata yang keluar dari keduanya. Dan terus saja begitu yang dilakukan, merokok, minum, merokok, minum, merokok lagi, minum lagi, merokok lagi, minum lagi. Dalam sunyi adegan merokok minum itu dilakukan sampai jam 4 pagi -edan tenan!. Sampai akhirnya di jam 4 pagi itu gurunya memecah kesunyian.
"Em, coba lihat bisnya sudah lewat belum?'
"Lho bis apa mas?" Dia menjawab dengan pertanyaan.
"Bis Agung, yang dari Malang. Sudah lewat belum?"
Kisah ini bermula saat saya SMP atau mungkin lebih awal dari itu, ceritanya sayah tertarik seorang perempuan yang kebetulan masih tetangga saya, teman masa kecil, teman bermanin dan mengaji di sebuah musholla yang sama. Rasa tertarik yang perlahan berubah menjadi cinta, anehnya perasaan cinta itu malah membuat sayah menjauh darinya, ada perasaan malu yang tiba-tiba muncul saat bertemu dengannya. Sayah selalu menghindari saat ada dia di setiap arena permainan atau saat sekedar kumpul dengan teman-teman sepermainan. Pun saat mengaji sayah selalu menghindari berpapasan dengannya. Lalu bagaimana cinta akan bersambut saat tidak ada saling bertemu?
Sayah nekad berkirim surat, hanya bermodalkan keyakinan saja saat itu. Satu tatapan mata saja saat tak sengaja bertemu muka, cukup untuk meyakinkan sayah membuat surat cinta pertama sebab buat mereka yang dibakar api cinta, kata-kata tidak mempunyai makna. Dan gayung pun bersambut. Singkatnya kita tetap berkomunikasi lewat surat tapi masih tetep tanpa pernah saling bicara, dan kalo bertemu pun tanpa saling sapa. Menyapa lewat surat dan kemudian bergumul dengan imajinasi masing-masing. Kami benar-benar berpacaran setelah 8 tahun kemudian saat sama-sama sudah kuliah di Jogja, dan 3 tahun kemudian kami menikah.
Cinta memang terkadang sulit untuk dimengerti dan seringkali cinta bergerak lembut dalam kesunyian, menghanyutkan hati siapa saja yang dilalui.
Selamat Ulang Tahun Enam Aprilku, Istriku tercinta, Ibu dari anak-anakku, terima kasih telah mendampingiku sampai hari ini...Love You 언쟤가지나사랑햬.....