Minggu, 04 Februari 2018

Kroya = Korea?

Ada fakta menarik kalo anda ke Korea. Sebagian besar BMI yang jumlahnya hampir 40rb itu adalah orang Cilacap. Jadi hampir tiap pabrik yang ada pekerja asingnya ada orang Cilacapnya, kecuali yang tidak (ya iyalaah). Dan dari semua orang Cilacap yang ada di sini, mayoritasnya adalah orang Kroya., salah satu kota kecamatan di Cilacap  Orang Kroya di Korea, unik yah? Ada kemiripan nama di sini. Seperti ada ikatan batin kenapa mayoritas orang Kroya yang mau bekerja di luar negeri menjadikan Korea tujuan utama. Apa jangan-jangan dulu Korea bagian dari Majapahit..he..he..

Dalam hal bahasa ada kemiripan antara Jawa dan Korea. Kalo di Jawa ada tingkatan dalam berbahasa seperti Ngoko, Madya dan Kromo, di Korea pun sama. Untuk bahasa halus tingkat madya cukup ditambah dengan kata "yo" di belakang, jadi bila diucapkan akan terasa lebih halus. Dalam Jawa misalnya "Lha piye? dan "Lha piye yo?' di Korea "Ottoke?" menjadi "Ottoke yo?' terasa lebih halus kan?
Kalo kromonya di Jawa  akhiranya tinggal di tambah  kata "ipun" menjadi "Kepripun ta?" di Korea dibelakanngnya menjadi "Imnida" mungkin "da"nya itu dari kata 'ta" di Jawa.

Kata Kenyo di Jawa berartikan Gadis/Cewe, kalo di Korea kata Kenyo sebagai kata ganti Dia Perempuan. Di Jawa ada kata "Mbuh lah" kalo di Korea menjadi "Molla" yang artinya sama-sama tidak tahu. Jadi kalo di Korea anda ditanya tapi tidak tahu jawab saja dengan "Mbuh lah" dengan cepat pasti orang Korea akan mendengar seperti "Molla" yang artinya tidak tahu.
Di sini juga sayah memukan kata Madu, Celeng, Wedus, Jaya, Muji yang semua mirip di Jawa.

Konon pada jaman dulu kala banget sekali, terdamparlah 3 orang nelayan dari pantai Widarapayung Kroya di suatu pantai. Maka bermukimlah mereka bertiga, hingga suatu masa Marcopolo singgah dan bertemu mereka. Ketika ditanya nama mereka menyebutkan Pak Wono, Lik Mino dan Kang Jono. Dan ketika ditanyai nama daerah tersebut mereka sepontan menjawab "Kroya!" Dan sejak saat itu daerah itu disebut Korea, sesuai lidah orang Eropa.
Dan hiingga sekarang ketiga nama tersebut menjadi nama marga yang mewarnai Korea, Pak menjadi Park, Lik menjadi Lee dan Kang masih tetap sampai sekarang. Nama-nama seperti Park Jisung dan Lee Minho kemenungkian besar adalah keturuna mereka.

Demikianlah kisah fiktif desdruktif ini semoga menjadi unfaedah bagi semua. Tamat, itu sudah.

Kamis, 01 Februari 2018

Ego

Sebulanan ini merupakan bulan yang melelahkan, gimana tidak saya sudah berganti rekan kerja sebanyak lima kali. Ini berawal dari perusahaan yang mulai sepi order mulai tahun kemaren. Terjadi pengurangan kerja, tidak hanya orang asing tapi juga semua orang Korea di PHK  tinggal menyisakan  2 orang korea  di kantor dan 4 orang asing termasuk sayah. Kalo butuh tambahan tenaga biasanya mencari pekerja harian. Nah ini yang merepotkan karena selalu di serahkan ke sayah.....asemm tenan.

Dari kelima rekan kerja baru itu ada orang Sudan, Ukraina, Usbekistan, China dan Rusia. Yang melelahkan itu mesti mengajari kerja, kalo pun sudah bisa kerja besoknya dah ganti orang lagi, ngajari lagi, itu yang bikin cape. Yang paling kebangeten itu yang dari Sudan, diajari model apapun tetep aja gak ada perkembangan dari pagi sampe sore. Jangankan untuk bisa kerja, disuruh kerja yang paling sederhana pun, yaitu cuma  naruh barang saja ditempatnya saja gak bisa, sampe sore pun naruhnya masih miring-miring kaya ndase ruag. 
Karena pengalaman itu, tiap ada orang baru sayah malah masa bodo, gak mau ngajarin barang sedikit pun, egois yah?. Biasanya nanti kepala pabriknya ngalah yang turun ngajarain, dan sayah tetap tak bergeming, ora urusan ora urunan pokoke.

Di lain waktu dulu, sayah pernah disuruh wawancara dan memilih calon pekerja baru. Kepala pabrik menyerahkan semua ke sayah dan berpesan, "Pokoknya kalo kamu oke, pabrik juga oke" 
Baiklah, singkat cerita ada 4 orang yang datang interview, yang 3 langsung saya tolak tanpa konsultasi ke kepala pabrik, yang satunya ditolak sebab visa kerjanya kurang dari setahun. Sayah berani menolak ketiganya sebab semua jawabannya sama ketka sayah tanyakan, "Alesannya kenapa pindah pabrik?"
Jawabanya semua singkat ' Cape" 
What? Dimana-mana kerja cape mas, tidur aja kalo kelamaan juga cape. Yang sayah pikir waktu itu ini anak kalo diterima pasti pengin enaknya sendiri dan gak bisa untuk teamwork.

Dari dua kasus di atas, sepertinya sayah merasa benar  dalam mengambil keputusan. Tapi setelah dipikir-pikir lagi sebenarnya sayah hanya memikirkan diri sendiri, egois. Kalo melihat pekerja harian yang besoknya tidak bisa datang kerja lagi sebab sayah meminta ganti orang. Atau yang sayah tolak waktu interview itu, sebenarnya lagi butuh banget pekerjaan.
Kasihan juga sebab di belakangnya mungkin ada anak-istrinya menanti sang ayah mendapatkan uang dari pekerjaan yang di dapat.

Memilih rekan kerja sepertin halnya memlilih jodoh, yang diinginkan yang sempurna menurut kita, rajin, pengertian, jujur, dll itu sebenarnya mencerminkan keegoisan kita saja, hanya nyari gampangnya saja gak perlu repot. Kalo sudah begitu kita sebenarnya sama dengan orang yanag sayah tolak itu yang pengin gampangnya saja.