Sabtu, 03 Agustus 2013

Lebar-an

Istilah lebaran mungkin hanya di temukan di Indonesya khususnya di Pulau Jawa tapi sekarang kata ini sepertinya sudah di nasionalisasi. Satu kata yang seringkali menghilangkan fokus dalam beribadah puasa. Puasa yang seharusnya melatih untuk mengosongkan keinginan jasmani atau yang disebut nafsu, malah cenderung terfokus untuk memenuhi hal-hal keduniawian dalam berlebaran.

Lebaran yang berasal dari kata "leubar" yang berarti telah usai, yang dimaksudkan adalah telah selesainya puasa ramadhan. Biasanya dalam lebaran ini ada ketupat atu kupat dalam bahasa jawa sebagai hidangannya. Ternyata tradisi kupat ini ada filosofinya, kupat berarti "laku sing papat" atau perilaku yang empat. Di sini lebaran bisa dimaknai dengan empat perilaku, yang pertama tentu saja lebaran puasa itu , atau selesainya puasa, yang kedua adalah leburan yang berarti meleburnya semua dosa, yang ketiga luberan yang berarti lubernya pahala, dan yang terakhir adalah laburan yang berarti memutihkan, dan tentunya artinya adalah memutihkan hati.

Kalau ditelusuri lebih dalam lagi laku yang empat itu ternyata adalah nafsu kita yang empat, amarah, luwammah, sufiyah dan mutmainah. Bila puasa kita berhasil memerangi nafsu kita maka hati kita menjadi putih bersih yang digambarkan sebagai beras dalam kupat yang dibungkus oleh janur. Janur disini diartikan sebagai "jatining nur"  atau cahaya diri yang sejati. Cahaya diri yang sejati inilah yang akan membungkus diri kita apabila kita sudah mampu mengendalikan hawa nafsu kita. Dan itulah yang disebut aidil fitri atau kembali suci.

Dan itu selaras dengan makna lailatul qadr, atau malam kemuliaan. malam di sini bisa diartikan kegelapan hati manusia yang masih di kuasai hawa nafsunya, yang kemudian berubah menjadi kemuliaan sebab telah mampu membebaskan belenggu hawa nafsu. Jadi lailatul qadr adalah cerita perjalanan ruhani dari kegelapan hati manusia menjadi kemuliaan hati. Dan itu hanya bisa dicapai apabila manusia dapat menguasai hawa nafsunya dalam hal ini dilatih melalui puasa. Oleh sebab itu lah lailatul qadr seharusnya bisa ditemukan di sepertiga terakhhir bulan puasa di masa-masa kahir puasa ramadhan dimana seharusnya kita sudah bisa menguasai hawa nafsu kita. Dan kenapa harus di tanggal yang ganjil? sebab diri kita lah yang harus menggenapinya, dengan kata lain kitalah yang aktif mempraktekan dalam menguasai hawa nafsu itu serta berqiyamul lail. Sebagaimana dengan do'a-do'a yang kita panjatkan selalu dalam hitungan ganjil, karena sebenarnya diri kitalah yang menggenapinya dengan usaha untuk mewujudkan do'a tersebut.

Selamat mudik dan aidil fitri untuk yang merayakan........

38 komentar:

  1. mentang-mentang nggak mudik.
    hihiii...

    BalasHapus
    Balasan
    1. manteplah
      basan nang korea dadi nyantri
      padahal lagi nang jogja mbejujage pol..

      Hapus
    2. kudune rika-rika pada ketemu

      Hapus
    3. jeleh...
      nek bar ketemu pacul mesti pindah umah

      Hapus
    4. Wkwkwkwk....ngesuk tiliki maning lah

      Hapus
    5. pindah cigebret lah men kawus...

      Hapus
    6. lha umah gedhe kaya kae sing arep manggoni sapa?

      Hapus
  2. lebar-an mana, jidat saya sama jidatnya situ? tapi kayaknya pemenang lebar-lebaran jidat, tetep Kang Hadi kalo sekarang. jidatnya kan sampai tengkuk. kan masih gundul.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmmm...pembicaraan yang hanya bisa dimengerti oleh bapak-bapak.

      *mlipir*

      Hapus
    2. Mending ngalah sama orang tua deh kalo lebar2an jidat

      Hapus
    3. betul mang...
      kita yang mudaan nyingkir saja lah...

      Hapus
    4. padahal yang bulannya paling muda saya loh. kalian 1975 awal kan? huahahahaha

      Hapus
  3. Malah soal kupat, kalau kata ibu saya itu terbuat dari beras putih melambangkan hati kita yang sudah dibersihkan di bulan Ramadhan. Beras itu dibentuk menggumpal sebagai perlambang bahwa kita satu keluarga, satu iman harus saling bersatu padu menyerupai nasi kupat yang tidak buyar seperti nasi dikukus itu. Katanya lho........

    Selamat hari raya ya, dari suci kita kembali suci lagi. Maafkan saya lahir dan batin.

    *salaman*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggih bund leres niku...budaya jawa memang penuh dengan perlambang/sanepo persis sama alquran kalo soal sanepo

      Hapus
  4. Hehe, aku jadi ingat uwa-ku, soanya beliau dulu pernah bercerita tentang filosofi dari ketupat.

    BalasHapus
  5. lebaran itu tidak bagus
    enakan yang sempitan, bah...
    horass...

    BalasHapus
  6. Selamat Lebaran yah, mohon maaf lahir dan batin.
    Bagi pemudik, hati-hati di jalan.

    BalasHapus
  7. selamat menyongsong lebaran Lik Pacul...semoga Ramadhannya nggak nggetuni ya...(semoga saya juga)

    BalasHapus
  8. Balasan
    1. nggak kang...kalo saya ke kota soalnya bukan ke udik ....wkwkwkwk

      Hapus
  9. Selamat hari raya idul fitri.
    Mohon maaf lahir dan batin. ^_^

    BalasHapus
  10. selamat hari raya idul fitri
    mohon maaf lahir dan bathin..

    BalasHapus

Silahkeun urun komentar

Bebas aja.....asalken satu, jangan pipis di sini.