Jumat, 22 Juli 2016

Poligamer

Dulu saat pernah ngekost waktu kuliah di Solo, ada seorang yang selalu rutin mengisi khotbah Jum'at tiap bulannya. Lelaki dengan perawakan tinggi besar ini selalu berapi-api saat mengisi khotbah. Kebetulan saat itu lagi panas-panasnya perang sipil di Ambon sana. Setiap khotbah selalu mengompori anak muda untuk berangkat jihad ke Ambon. Khotbah yang berapi-api itu ditanggapi dengan menikmati kantuk para jamaahnya yang sesekali ditimpali dengan menguap dengan suara keras. he..he...Orang-orang bilang dia jarkoni (isa ngajar ora nglakoni), beberapa bulan rutin ngmpori jihad tapi dia sendiri nggak pernah berangkat.

Ada sisi menarik dengan beliau ini yang oleh orang-orang dihubungkan dengan jarkoni tadi. Ternyata beliau ini punya istri tiga. Hebatnya lagi tiga2nya semuanya bekerja, ada yang pegawai, satunya guru dan seorang lagi Dokter gigi.  "Pantesan nggak berangkat2 ke Ambon" begitu kata orang2

Saat tinggal di Jogja, saya punya seorang kawan anak dari seorang Kyai pengasuh pondok pesantren di Rembang sana. Kawan ini sedang melanjutkan kuliah S2 di UGM. Menariknya, bapaknya dan semua kakak laki2nya yang telah menikah memiliki istri lebih dari satu. 

"Waah..kowe mesti mengko yo tiru bapak karo masmu, bojone okeh...ngono ta?" ledekku

"Asem ik, akeh piye...siji wae aku yo durung tau nduwe pacar kok"  


Saya kagum sama orang-orang yang bisa berpoligami, tentu lebih kompleks masalanya dibanding yang monogami. Tapi saya lebih sangat-sangat mengagumi mereka-mereka yang tetap setia dengan satu pasangan mereka, setia dengan setiap kekurangan pasangannya untuk kemudian saling melengkapinya. 

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian...... (Annisa,129)

2 komentar:

Silahkeun urun komentar

Bebas aja.....asalken satu, jangan pipis di sini.