Dalam hal bahasa ada kemiripan antara Jawa dan Korea. Kalo di Jawa ada tingkatan dalam berbahasa seperti Ngoko, Madya dan Kromo, di Korea pun sama. Untuk bahasa halus tingkat madya cukup ditambah dengan kata "yo" di belakang, jadi bila diucapkan akan terasa lebih halus. Dalam Jawa misalnya "Lha piye? dan "Lha piye yo?' di Korea "Ottoke?" menjadi "Ottoke yo?' terasa lebih halus kan?
Kalo kromonya di Jawa akhiranya tinggal di tambah kata "ipun" menjadi "Kepripun ta?" di Korea dibelakanngnya menjadi "Imnida" mungkin "da"nya itu dari kata 'ta" di Jawa.Kata Kenyo di Jawa berartikan Gadis/Cewe, kalo di Korea kata Kenyo sebagai kata ganti Dia Perempuan. Di Jawa ada kata "Mbuh lah" kalo di Korea menjadi "Molla" yang artinya sama-sama tidak tahu. Jadi kalo di Korea anda ditanya tapi tidak tahu jawab saja dengan "Mbuh lah" dengan cepat pasti orang Korea akan mendengar seperti "Molla" yang artinya tidak tahu.
Di sini juga sayah memukan kata Madu, Celeng, Wedus, Jaya, Muji yang semua mirip di Jawa.
Konon pada jaman dulu kala banget sekali, terdamparlah 3 orang nelayan dari pantai Widarapayung Kroya di suatu pantai. Maka bermukimlah mereka bertiga, hingga suatu masa Marcopolo singgah dan bertemu mereka. Ketika ditanya nama mereka menyebutkan Pak Wono, Lik Mino dan Kang Jono. Dan ketika ditanyai nama daerah tersebut mereka sepontan menjawab "Kroya!" Dan sejak saat itu daerah itu disebut Korea, sesuai lidah orang Eropa.
Dan hiingga sekarang ketiga nama tersebut menjadi nama marga yang mewarnai Korea, Pak menjadi Park, Lik menjadi Lee dan Kang masih tetap sampai sekarang. Nama-nama seperti Park Jisung dan Lee Minho kemenungkian besar adalah keturuna mereka.
Demikianlah kisah fiktif desdruktif ini semoga menjadi unfaedah bagi semua. Tamat, itu sudah.
Is there a historical or cultural connection between the town of Kroya in Cilacap and Korea, considering the significant number of people from Kroya working in Korea?Telkom University
BalasHapus